Jumat, 30 April 2010

Psikosa Fungsional

1. Suatu gangguan Jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reaIity) terhadap gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik. Dan kemauan.
2. Gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab oranganik atau fungsional / emosional. dan menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai kenyataan.
Sindariom pola psikotik menurut Menninger
1. Perasaan sedih, bersalah, dan tidak mampu secara mendalam.
2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan pembicaraan dan motorik yang berlebihan.
3. Autisme, isi pikiran yang berwaham, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan membela diri atau rasa kebesaran
5. Keadaan bingung dengan disorientasi dan halusinasi
Skizofrenia

Bx psikosa yang paling sering dijumpai
Etiologi
- Keturunan - Metabolisme
- Endokrin - SSP
- Adolf Meyer : Pemeriksaan yang salah / maladaptasi à disoranganisasi kepribadian à menjauhkan diri dari kenyataan / otisme à pemeriksaan skizofrenik
- Sigmund Freud
- Kelemahan ego yang dapat timbul karena penyebab psikogenik atau somatik
- Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan id berkuasa à regresi ke fase narsisme
- Eugen Bleuler Terjadi disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan.
Gejala primer : Gangguan proses pikiran, emosi, kemauan, Otisme.
Gejala sekunder : Waham, halusinasi, gejala katatonik atau gangguan psikomotorik Iain
- Skizofrenia adalah sebuah sindariom yang disebabkan oleh keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi. tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, aterosklerosa
Gejala-gejala primer
1. Gangguan proses pikir (bx, langkah. dun isi pikiran)
- Asosiasi longgar
- Anti simbolik
- Inkoherensi
- Blocking
- Perseverasi / stereotipi pikiran
- Flight of idea
2. Gangguan afek dan emosi
- Emotional blunting
- Parathimi
- Paramimi
- Emosi dan afek serta ekspresi tidak mempunyai satu kesatuan
- Ambivalensi pada afek
3. Gangguan kemauan
- Lemah kemauan, tidak dapat mengambil keputusan.
- Negativisme
- Ambivalensi kemauan
- Otomatisme : Pada merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain
4. Gejala psikomotor
- Katatonik - Katalepsi
- Stupor - Fleksibi!itas serea
- Mutisme - Command automatism
- Logorea - Ekholalia dan ekhopraxia
Gejala-gejala sekunder
1. Waham : Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang budaya.
Waham primer : Tidak logis dan patognomonik
Waharn sekunder : Waham kebesaran, waham kejaran, sindiran, dosa dan lain-lain
2. Halusinasi : Pencerapan tanpa ada rangsang apapun pada panca indaria, terjadi secara sadar. Akustik, olfaktorik, gustatorik, dan taktil.
- Terjadi depersonalisasi : Perasaan mengidentifikasi dirinya dengan sebuah meja dan menganggap dirinya sudah tidak ada lagi.
- Otisme : Perasaan kehilangan hubungan dengan dunia luar, seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri
Pembagian
1. Skizofrenia simplex
- Kedangka!an emosi dan kemunduran kemauan
- Timbul perlahan-lahan
- Mulai menarik diri dari pergaulan à makin mundur dalam pekerjaan à pengangguran
2. Skizofrenia hebefrenik
- Permulaan perlahan-lahan
- Timbul pada masa remaja atau antara 15 - 25 th
- Gangguan proses pikir, gangguan kemauan.
- Neologisme, perilaku kekanak-kanakan.
- Waham dan halusinasi banyak sekali
3. Jenis katatonik
Stupor katatonik : Perasaan tidak menunjukkan perhatian sama sekali terhadap lingkunganungan. Emosinya sgt dangkal. Gejala-gejala :
- Mutisme
- Muka tanpa mimik
- Stupor
- Negativisme
Gaduh gelisah katatonik
- Hiperaktivitas motorik
- Perasaan terus berbicara atau bergerak
- Stereotipi dan neologisme
- Berulang-ulang minta dipulangkan dari Rumah Sakit.
4. Jenis paranoid
- Konstan
- Waham primer disertai waham sekunder dan halusinasi
- Gangguan proses pikir. afek, dan emosi
- Sesudah umur 30 th
- Kepribadian skizoid : Mudah tersinggung, menyendiri, sulit percaya pada orang lain
5. Episode skizofrenia akut
- Gejala timbul mendadak
- Timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya berubah
- Prognosa baik
6. Skizofrenia residual
Skizofrenia dengan gejala-gejala primer tetapi tidak jelas gejala-gejala sekunder. Timbul setelah beberapa kali serangan skizofrenia.
7. Skizo-afektif
Gejala-gejala skizofrenia, bersamaan dengan gejala-gejala depresi atau mania. Cenderung sembuh. tetapi rnungkin juga timbul serangan lagi.
Kurt Scheider menyusun 11 gejala ranking pertama.
Diagnosa boleh dibuat apabila tdp 1 gejala dari kelompok A dan 1 gejala dari kelompok B dan kesadaran tidak boleh menurun.
A. Halusinasi pendengaran
- Pikirannya dapat didengar sendiri
- Suara-suara yang sedang bertengkar
- Suara-suara yang mengomentari perilaku perasaan
B. Gangguan batas ego
- Tubuh dan gerakan-gerakan perasaan dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar.
- Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikirannya itu dimasukkan ke dalam oleh orang lain.
- Pikirannya diketahui oleh orang lain atau disiarkan keluar secara umum.
- Perasaannya dibuat oleh orang lain.
- Kemauan atau tindakannya dipengaruhi oleh orang lain.
- Dorongannya dikuasai oleh orang lain.
- Persepsi dipengaruhi oleh waham
Prognosa
- Kepribadian prepsikotik : Bila skizoid dan hubungan antar manusia kurang memuaskan à jelek
- Bila timbul secara akut à lebih baik
- Katatonik > paranoid > hebefrenik dan simplex
- Makin muda umur à makin jelek
- Makin cepat diberi pengobatan à makin baik
- Faktor keturunan à bila terdapat seorang atau lebih yang menderita skizofrenia à buruk
Pengobatan
- Farmakoterapi : Neroleptika
- Terapi elektrokonvulsi
- Terapi koma insulin
- Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikosa fungsional tidak/belum diketahui penyakit fisik yang berhubungan dengannya. Dalam kelompok ini termasuk:
1. Skizofrenia
2. Psikosa afektif
3. Psikosa paranoid
4. Psikosa reaktif
1. Skizofrenia
a. Menurut KRAEPELIN disebut juga dementia precox (kemunduran intelegency sebelum waktunya).
b. Menurt EUGEN BLEULER menyebut jiwa yang terpecah-pecah. (adanya disharmoni antara berpikir, perasaan, dan tingkah laku).
Angka kejadian didunia antara 0,2 – 0,8% pertahun.
Jadi dari 1000 orang --- 2 – 8 orang terkena skizofrenia pertahun.
Sampai sekarang belum diketahui sebab-sebab skizofrenia. Dapat dikatakan factor keturunan mempunyai pengaruh.
Penyakit-penyakit badaniah/ataupun stress dapat mencetuskan/mempercepat manifestasi skizofrenia tetapi tidak menyebabkan skizofrenia.
Gejala-gejala:
o Proses pikir ada gangguan pada asosiasi. Contohnya: Dulu waktu hari, ya memang matahari, lalu saya lari. Padamu ta’demu.
Kadang-kadang pikiran berhenti beberapa detik sampai berhari-hari.
o Afek emosi
- Dangkal/tumpul
- Berlebihan/dibuat-buat
- Inadekuat
o Kemauan
- Lemah
- Negativistik (berbuat tidak sesuai permintaan)
- Ambivalensi (2 hal yang berlawanan atau tidak yang dimaui dalam waktu yang sama)
o Psikomotor
- Katatonik
- Stupor (diam saja, tidak mau makan)
- Mutisme (tidak mau bicara)
o Waham
Tak logis dan Bizar (aneh sekali). Contoh:
Istri diyakini serong karena cecak berhenti 2 kali.
Dunia akan kiamat karena anjing kencing mengangkat kaki.
o Halusinasi (dengar, penciuman)
Mendengar suara-suara mengancam atau memerintah atau mencium bau bunga dimana-mana.
Penderita skizofrenia kesadaran dan intelegensi tidak menurun. Penderita dapat menceritakan pengalaman dan perasaannya.
Prognosa (ramalan sembuh):
1/3 sembuh
1/3 --- kemasyarakat dengan sedikit kecacatan, perlu pengobatan terus-menerus.
1/3 jelek, tidak dapat berfungsi dimasyarakat menuju kemunduran mental dan menjadi penghuni tetap di rumah sakit jiwa atau menggelandang.
Terapi:
* Obat (anti psikosa)
* Psiko terapi
* Terapi kerja (tx kerja)
* Rehabilitasi
2. Psikosa Afektif
Psikosa dengan gangguan utama afek dan emosinya, jika tidak pada waktu serangan, dapat sembuh sempurna.
a. Melancholia involusi
Pada wanita lebih dari 45 tahun, pria lebih dari 55 tahun, saat kelenjar endokrin dan reproduksi mulai berkurng.
Gejala-gejala:
o Beberapa minggu/bulan permulaan cenderung hipochondrik (semua sakit).
o Lekas marah.
o Pesimis.
o Insomnia. (susah tidur)
o Tidak suka bekerja.
o Sering menangis.
o Minat menyempit.
o Menarik diri.
Jika sudah jelas timbul:
o Depresi hebat.
o Kecemasan.
o Agitasi (gelisah berlebihan)
o Hipochondriasis.
o Waham dosa/penyakit.
o Rasa mau mati.
Terapi:
* Obat (anti depresan).
* Psikoterapi.
* Rawat, awasi bunuh diri.
b. Psikosa maniak depresi
Adalah keadaan maniak atau depresi atau sebaliknya.
Gejala-gejala mania:
o Optimis.
o Terlalu besar percaya diri setiap pekerjaan dianggap enteng.
o Euforia (kegembiraan berlebihan) tidak sesuai dengan kenyataan.
o Kadang-kadang ada halusinasi.
o Aktifitas berlebihan (bisa juga seksual berlebihan)
o Sangat gelisah tak bisa diam.
o Menghambur-hamburkan uang.
o Bicara atau menyanyi-nyanyi.
o Tidak tidur tidak merasa lelah.
o Proses pikir
- Arus cepat
- Asosiasi bunyi
- Waham besa
Gejala-gejala depresi
o Emosi selalu lelah
o Pesimis
o Tak mampu
o Sangat rendah
o Sedih hebat
o Putus asa
o Mukanya lesuh
o Gerakan sangat lambat
o Kurang merawat diri
Proses pikir
o Arus pikir tidak lancar
o Miskin ide
o Perasaan salah
o Ide bunuh diri
o Menjadi gila
Keluhan badan
o Lelah
o Susah tidur
o Susah makan
o Terkena pada dada, kepala atau tungkai berat
Terapi
* MRS
* Anti depresan --- psikosis
* Elektro Convulsi Theraphi (ECT)

Referensi

http://puskesmas-peusangan.blogspot.com/2008/07/psikosa-fungsional.html
http://www.psikologimania.co.cc/2010/02/ilmu-penyakit-jiwa.html

SELF CONCEPT dan SELF CONTROL

A. SELF CONCEPT
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
Konsep diri menurut adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri adalah operating system KOMPUTER mental kita.Konsep diri menentukan kinerja kita. Level konsep diri menentukan level prestasi hidup.
Segala yang Anda ketahui tentang diri Anda, semua apa yang Anda percayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup Anda terekam dalam mental hard-drive kepribadian Anda, yaitu di dalam self-concept Anda. Self-concept Anda mendahului dan memprediksi tingkat performa dan efektivitas setiap tindakan Anda. Tingkah laku nyata Anda akan selalu konsisten dengan self-concept yang terdapat di dalam diri Anda. Oleh karena itu, perbaikan di segala bidang kehidupan Anda harus dimulai dari perbaikan di dalam self-concept Anda.
SIMULASI
Jawab pertanyaan berikut :
1. Siapa Saya?
2. Mengapa saya ada?
3. Apa keunggulan / kelebihan yang saya milik?
4. Untuk siapa saya bekerja?
5. Apa hasil/produk dari pekerjaan saya?
6. Dimana saya mengerjakannya?
Contoh jawaban dari ERIK ARIANTO :
1. siapa saya?
Jawab : Saya adalah makhluk ciptaan Alloh
1. Mengapa saya ada ?
Jawab : Untuk beribadah dan berbuat baik
1. Apa keunggulan / kelebihan yang saya milik?
Jawab : Berpendidikan, ulet dan kreatif
1. Untuk siapa saya bekerja?
Jawab : untuk masyarakat disekitar saya
1. Apa hasil/produk dari pekerjaan saya?
Jawab : Pemberdayaan orang lain
1. Dimana saya mengerjakannya?
Jawab : di dunia ( jatinangor dan Jakarta)
Tiga Bagiam Utama Self-Concept Anda
Menurut Brian Tracy, self-concept Anda
memiliki tiga bagian utama yaitu:
1. Self-Ideal (Diri Ideal),
2. Self-Image (Citra Diri), dan
3. Self-Esteem (Jati Diri).
Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian Anda, menentukan apa yang biasa Anda pikir, rasakan, dan lakukan, serta akan menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri Anda.
Self-Ideal (Diri Ideal)
Self-ideal adalah komponen pertama dari self-concept Anda.
Self-ideal Anda terdiri dari :
• harapan,
• impian,
• visi,
• idaman
Self-idealterbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling Anda kagumi dari diri Anda maupun dari orang lain yang Anda hormati. Self-ideal adalah sosok seperti apa yang paling Anda inginkan untuk bisa menjadi diri Anda, di segala bidang kehidupan Anda. Bentuk ideal ini akan menuntun Anda dalam membentuk perilaku Anda.
Self-Image (Citra Diri) Bagian kedua self-concept Anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan bagaimana Anda membayangkan diri Anda sendiri, dan menentukan bagaimana Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-image
Semua perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan dalam self-imageself-image
Self-Esteem (Jati Diri) self-esteem adalah seberapa besar Anda menyukai diri Anda sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda. Bagian ini adalah komponen emosional dalam kepribadian Anda.
Komponen-komponen pentingnya :
• bagaimana Anda berpikir,
• bagaimana Anda merasa,
• bagaimana Anda bertingkah laku.
SIMULASI
Tulislah apa kelebihan kita dalam daftar kecakapan, kemampuan, ‘bakat kusus’, yang mungkin kita miliki. Jangan lupa yang ‘kecil2’. Ini perlu sehingga kita tidak mengabaikan hal2 seperti ‘bisa membantu kawan cari kerja’ atau ‘menyelesaikan persamaan matematika rumit dengan nilai lumayan’
Jangan terlalu bengis dan pelit terhadap diri sendiri dan jangan memakai ukuran orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain akan tak berkesudahan. Karena kita lantas membandingkan dengan si A, B, dst, dst.
Periksalah secara saksama kualitas2 anda yangmenyumbangkan keberhasilan2. Simaklah mengapa anda harus merasa bangga akan itu.
Setel Ulang Konsep Diri Anda untuk Meraih Sukses
SIMULASI
Langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk meningkatkan level self-concept yang kita miliki adalah:
1. Tentukan self-ideal Anda dengan standar yang tinggi dengan nilai-nilai dan visi yang jelas (Anda ingin menjadi orang seperti apa? Ingin memiliki apa? Tinggal di mana? Dsb).
2. Secara bertahap sesuaikan self-image Anda untuk bisa sejajar dengan self-ideal Anda. Setiap kali Anda merasa bahwa Anda sanggup menjalankan sesuatu di tingkat yang paling baik (mendekati self-ideal Anda), Anda akan merasa sangat puas terhadap diri Anda sendiri. Pada saat itu, self-esteem Anda akan melejit naik.
Untuk meng-upgrade self-imagesupaya bisa semakin mendekati self-ideal, Anda dapat menggunakan metode pembiasaan otogenik atau reflective-relearning. Metode ini cukup ampuh untuk mengubah self-imagekita karena
Berikut saya lampirkan teknik dasar yang sederhana untuk melakukan latihan pembiasaan otogenik atau reflective-relearning (catata: untuk lengkapnya akan saya sertakan pada artikel berikutnya).
1. Mulailah sekarang dengan menentukan “Saya ingin memiliki, melakukan, atau menjadi apa?” Kalau perlu buatlah skrip atau skenario cerita supaya alur visualisasi Anda selalu konsisten.
2. Duduklah dengan nyaman dan pejamkan mata Anda. Buatlah diri Anda serileks dan senyaman mungkin. Tarik nafas dalam-dalam dan setiap kali menghembuskan nafas kendurkan seluruh otot tubuh dan pusatkan perhatian pada alunan nafas. Tak lama kemudian Anda berada pada gelombang otak alpha.
3. Bayangkan diri Anda sebagai sosok yang berhasil (seperti yang telah Anda buat skripnya). Anggaplah semua citra positif itu sebagai sesuatu yang nyata Sekarang hayatilah perasaan seakan-akan Anda telah mencapai keinginan Anda. Anda menghayati perasaan dari sebuah tujuan yang telah tercapai.

B. SELF CONTROL
kontrol diri adalah kemampuan untuk mengendalikan seseorang emosi , perilaku dan keinginan untuk efisien mengelola's masa depannya. In psychology it is sometimes called self-regulation . Dalam psikologi ini seringkali disebut sebagai self-regulation . Exerting self-control through the executive functions in decision making is thought to deplete a resource in the ego . Many things affect one's ability to exert self-control, but self-control particularly requires sufficient glucose levels in the brain. Mengerahkan kontrol diri melalui fungsi eksekutif dalam pengambilan keputusan diperkirakan menghabiskan sumber daya dalam ego . Banyak hal yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggunakan kontrol diri, tapi pengendalian diri terutama memerlukan cukup glukosa tingkat di otak. Exerting self-control depletes glucose. Mengerahkan pengendalian diri menghabiskannya glukosa. Research has found that reduced glucose, and poor glucose tolerance (reduced ability to transport glucose to the brain) are tied to lower performance in tests of self-control, particularly in difficult new situations. Penelitian telah menemukan bahwa dan, miskin mengurangi toleransi glukosa (glukosa berkurang kemampuan untuk mengangkut glukosa ke otak) yang terkait dengan kinerja yang lebih rendah dalam tes penguasaan diri, terutama dalam situasi-situasi baru yang sulit.
Self-kontrol di Analisis Perilaku
Another view is that self-control represents the locus of two conflicting contingencies of reinforcement , which then make a controlling response reinforcing when it causes changes in the controlled response . Pandangan lain adalah bahwa pengendalian diri merupakan dua lokus kontinjensi bertentangan dari penguat , yang kemudian membuat respon memperkuat pengendalian ketika menyebabkan perubahan dalam respon dikontrol.
Self-control is directly related to the pressure you face. Kontrol diri secara langsung berkaitan dengan tekanan Anda hadapi.
• Good Pressure : When you are in a competitive yet non-judgemental and non-prejudicial environment, you want to be like those around you. Bagus Tekanan: Bila Anda berada dalam namun tidak menghakimi dan tidak merugikan lingkungan yang kompetitif, Anda ingin menjadi seperti orang-orang di sekitar Anda. You become motivated and inspired and gain self-control. Anda menjadi termotivasi dan terinspirasi dan mendapatkan kontrol diri.
• Bad Pressure : When you are in a judgemental and prejudicial environment and there is no competition you become depressed and unmotivated. Tekanan Buruk: Bila Anda berada dalam lingkungan dan merugikan menghakimi dan tidak ada persaingan Anda menjadi tertekan dan tidak termotivasi. You lose self-control. Anda kehilangan kontrol diri.
• No Pressure : When you are free and there is no competition, you do what you feel. Tidak ada Tekanan: Ketika Anda bebas dan tidak ada kompetisi, Anda melakukan apa yang Anda rasakan. Your self-control is based on how you feel and since there is no one to compare yourself to, you may be less motivated or more motivated depending on the urgency of whatever you are doing. kontrol diri Anda didasarkan pada bagaimana Anda merasa dan karena tidak ada satu untuk membandingkan diri Anda, Anda mungkin kurang termotivasi atau lebih termotivasi tergantung pada urgensi apa pun yang Anda lakukan.
Referensi

http://erikarianto.wordpress.com/2008/01/05/konsep-diri-self-concept/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Self_control&ei=hcTaS5z4JcayrAeNzL3lDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=1&ved=0CAwQ7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dself%2Bcontrol%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26channel%3Ds

Persepsi Masyarakat Tentang Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa dibagi menjadi 4 bagian, yang masing2 bagian itu khusus pada sekelompok manusia. Gangguan2 jiwa itu pada setiap bagiannya memiliki suatu bentuk tertentu dalam mengungkap tentang dirinya dengan perilaku dan tindakan2nya.
Pertama; Sekelompok orang yang terkena gangguan2, yang dalam kehidupannya mengambil gangguan jiwa sebagai suatu tabiat yang bersifat vertikal, yaitu gangguan itu melebur dan berubah menjadi pendorong untuk suatu aktifitas pengecualian dan kegiatan yang besar, serta memotivasi istiqomah, kesabaran dan kedermawanan.
Seputar ini dikatakan bahwa tokoh2 terkemuka dunia termasuk dalam kelompok ini. Mereka adalah orang2 yang terkena gangguan2, namun mereka meruntuhakan gangguan2 itu dengan kedermawanan dan kepandaian. Demikian dikatakan terhadap Pasteur,

Newton, dan Einstein yang menceritakan masa kecilnya;
Ia pergi ke sekolah dengan kaki telanjang dan ia senang anak yang malas dan gagal dalam pelajaran2nya, sehingga sering menjadi sasaran kemarahan guru2nya. Tetapi setelah ia dewasa, gangguan jiwanya meluap kearah pekerjaan yang konsisten, kesabaran dan ketabahan yang menjadikannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dunia.

Walaupun jenis gangguan jiwa ini mengubah individunya menjadi tokoh terkemuka, namun hal ini amatlah jarang. Mungkin tidak sampai satu banding satu juta manusia, yang mampu terkena gangguan jiwa dan kesulitan2 mereka yang meledak secara vertikal.
Kedua; Terdapat gangguan2 yang tidak meledak secara vertikal, tetapi ia melebur dan lenyap dengan berlalunya waktu, pengaruh pendidikan yang benar dan guru yang menasihati serta lingkungan yang sehat.

Dalam hal ini gangguan itu menyerupai orang yang menderita penyakit bisul atau terkena kotoran2 pada salah satu tempat dari tubuhnya, lalu ia sengaja menggunakan antibiotik yang mengeringkan nanah dan mematikannya. Dalam kondisi ini seorang anak yang terganggu jiwanya membutuhkan seorang guru pendidik yang mengerti dan lemah lembut, yang mampu melenyapkan gangguan itu. Atau orang tuanya melakukan introspeksi atas kesalahannya dan mulai memperbaikinya dna mengembalikan pendidikan anak itu atas dasar2 yang benar. Perkara ini berubah tidak melalui ledakan gangguan itu, namun lenyap dan melebur secara keselurhan.

Ketiga; Gangguan jiwa pada jenis ini memiliki bentuk2 yang membahayakan, dimana
ledakannya terkadang menyebabkan kegilaan yang menutupinya.

Pada kelompok ini gangguan jiwa meledak dengna ledakan yang menggoncang keras, yang akan menyebabkan lemah saraf, dan pada suatu periode menyebabkan dirinya menyendiri dan mencela diri sendiri serta mengikuti kepedihan dan kesedihannya, sehingga akan menyebabkan kegilaan. Oleh karena itu terlihat bila kondisi2 kegilaan yang menutupi, biasanya timbul dari ledakan dari gangguan jiwa dalam bentuk goncangan yang keras dan tajam.

Orang yang secara berlanjut tertimpa kemiskinan, kebutuhan dan penolakan atau orag tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tuanya, terkadang gangguan jiwanya mengantarnya kepada kegilaan. Keadaan ini jarang sekali,meskipun berbahaya.

Keempat; Kebanyakan gangguan2 jiwa muncul dengan cara2 biasa. Keadaan ini meliputi sekitar 90% orang2 yang terganggu jiwanya. Diantara bentuk2nya adalah apa yang terlihat pada kelakuan pemuda yang berbuat kurang ajar kepada orang tuanya dan membantah mereka, sehingga kelakuan dan pembicaraannya selalu menyakiti dan tidak bisa sejalan dengan kebiasaan dan tradisi masyarakatnya.

Demikian pula yang terlihat pada kelakuan anak perempuan yang lemah, yang tidak sesuai untuk sebuah rumah tangga yang sukses. Ia tidak mampu mengurus suami dan anak2nya atau tidak cocok dengan ibu mertuanya dan kerabat2nya, serta secara umum tidak dapat cocok dengan masyarakatnya.

Diantara fenomena2 yang terlihat pada kelakuan orang2 yang mendapat gangguan jiwa dari kelompok ini, adalah akhlak yang buruk yang terlihat pada sebagian mereka. Apabila ia seorang pekerja atau pedagang, maka ia tidak mampu untuk menarik pembeli.
Dan terrmasuk bentuk2 lain yang tampak pada kelakuan orang2 yang terganggu jiwanya dari kelompok ini adalah kecenderungan mereka untuk mempertontonkan diri mereka dan mengalihkan pandangan masyarakat kepada mereka, walaupun hal itu dengan tindakan2 yang ganjil. Hal itu tampak pada kehidupan kaum Hippis dan masyarakat2 lainnya yang berlaku ganjil dalam bentuk pakaian mereka dan cara mengatur rambut kepala mereka, serta cat2 yang ditempelkan pada wajah2 mereka dan bentuk2 yang tergambar pada tubuh2 mereka.

Kelakuan seperti ini menunjukkan adanya suatu gangguan, disebabkan orang yang bersangkutan tidak menemukan kemanjaan dan kasih sayang yang cukup pada awal masa kecilnya. Lantaran itu ia mencoba mengganti apa yang telah berlalu dengan menarik perhatian orang kepadanya melalui tindakan2nya. Apabila orang yang terganggu jiwanya ini seorang gadis remaja yang baru tumbuh, maka persoalannya akan berbahaya baginya. Senyuman yang menipu mungkin akan menjerumuskan kejalan penyelewengan.
Kadang ada seorag anak yatim, namun ia sopan, rajin dan tidak lemah. Hal ini dikarenakan ia mampu mengubah kesulitan atas wafatnya kedua orang tua menjadi dorongan untuk berbuat, seperti sebagian mereka yang mengubah kesulitannya menjadi dorongan untuk sukses, mencari harta dan memperoleh kekayaan. Sebagian mereka mengubahnya menjadi dorongan untuk meraih ilmu dan kepandaian, sebagian mengubahnya menjadi menjadi dorongan untuk tetap teguh dan berkepribadian kuat.

Kesimpulan:
Pertama; Seorang yang menyendiri,memiliki hati yang mati, tidak dapat bergaul dengan masyarakat dan berinteraksi dengan mereka, selalu menyalahkan dan mencela dirinya. Jika ia bebas dari pengaruh2 teman tidak baik. Orang seperti itu akan terisolir dari masyarakat dan terlempar oleh gerak kehidupan. Apabila ia seorang laki2 maka ia tidak mampu untuk melaksanakan hak2 istri dan anak2, dan jika ia seorang wanita, maka ia juga tidak dapat menjalankan tugas2 mengurus suami, rumah tangga dan anak2. Dari liku2 yang berbahaya ini, timbul banyak perceraian.


Kedua; Diantara orang2 yang terganggu jiwanya adalah mereka yang jatuh sebagai korban teman yang jahat, sehingga kenikamatan hidup padanya berubah menjadi membuang2 waktu dengan duduk dijalan2, warung kopi, dan tempat2 para pengangguran. Mereka menghabiskan waktu dengan tertawa dan obrolan kosong, mengembara kesana kemari dan tidak kembali kerumah, kecuali setelah larut malam. Ia sendiri senang, bila orang lain berkata, "Mengherankan, ia sangat tidak peduli."

BANDA ACEH - Perhatian keluarga dan lingkungan dinilai masih kurang terhadap penderita gangguan kejiwaan, sehingga berakibat pada lambatnya proses penyembuhan. Hal ini diungkapkan Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Aceh, Saifuddin AR.
"Kami mengharapkan perhatian keluarga dan lingkungan terhadap penderita sangat dibutuhkan bagi mempercepat penyembuhan penderita gangguan jiwa," katanya di Banda Aceh, Senin (21/12).

Menurut dia, beberapa kasus menunjukkan ada pasien yang secara medis dinyatakan sembuh dan dikembalikan kepada keluarganya.
Namun, setelah beberapa bulan kambuh lagi akibat kurangnya perhatian tersebut.
"Bahkan, tidak sedikit keluarga pasien yang tidak mau menerima anggota keluarganya setelah sembuh secara medis.dari rumah sakit. Akhirnya, penyakit pasien kambuh dan terpaksa dirawat kembali ke rumah sakit," katanya menambahkan.

Oleh karena itu, ia berharap masyarakat agar bisa menerima para mantan pasien gangguan jiwa setelah dikembalikan ke lingkugan-nya masing-masing. "Mereka (penderita gangguan jiwa) itu juga manusia. Jadi perlaku-kanlah mereka secara manu-
siawi, perhatian, dan kasih sayang akan mempercepat penyembuhan mereka," tambahnya.
Saifuddin menjelaskan, pihaknya berupaya menjadikan suasana RSJ tidak hanya untuk pasien penderita gangguan kejiwaan, tapi juga masyarakat umum yang membutuhkan ketenangan jiwa. "Konsep ini kami targetkan pada 2012, RSJ tidak hanya bagi perawatan penderita gangguan jiwa. Tapi, juga masyarakat umum melalui penyediaan fasilitas yang membuat setiap orang merasakan tenang saat berada di rumah sakit tersebut," kata dia.

Saat ini, tambahnya, RSJ
Aceh memiliki sejumlah bangunan pendukung seperti masjid, balai santai, dan lapangan olah raga. Ke depan akan diperbanyak dengan tanaman.
"Artinya, setiap orang yang berkunjung dapat menikmati suasana alam yang indah dan sejuk. Minimal, RSJ Aceh tidak terkesan seram jika masyarakat umum berkunjung ke sini," kata Saifuddin.

Manajemen, ungkapnya, tidak pernah membatasi jam dan jumlah kunjungan yang menjengguk anggota keluarganya di rumah sakit pemerintah provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

Berkenaan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun 2009 yang jatuh pada tanggal 10 Oktober 2009, mari kita bersama – sama meninjau sejauh mana potret penderita gangguan jiwa yang ada di sekitar kita sekarang. Hal ini sesuai dengan tema Hari Kesehatan Jiwa sedunia tahun 2009 yakni : “ Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang masalah kesehatan Jiwa”. Jika kita mengamati pandangan masyarakat belakangan ini mengenai permasalahan penderita gangguan jiwa, selalu diidentikkan dengan sebutan Orang Gila. Tanpa disadari secara tidak langsung hal ini merupakan mindset yang keliru dari kita sehingga orang memandang penderita gangguan sebagai suatu masalah yang negatif yang selalu mengancam. Kita lupa bahwa penyakit gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang statusnya sama dengan penyakit – penyakit lain yang harus segera diobati dan disembuhkan. Label negatif seperti penyebutan Orang Gila inilah yang secara tidak disadari merupakan stigma negatif yang kita ciptakan sendiri. Akibatnya keluarga maupun masyarakat disekitar penderita gangguan jiwa enggan mengurus keluarga atau orang lain yang mengalami gangguan jiwa. Akibat yang lebih parah lagi adalah hak – hak penderita gangguan jiwa untuk mendapat pengobatan dan hak – hak sosial mereka terabaikan.

Penyakit jiwa atau gangguan jiwa seperti halnya penyakit-penyakit umum lainnya dapat disebabkan oleh beberapa penyebab. Salah satu konsep penyebab gangguan jiwa yang populer adalah kombinasi bio-psiko-sosial. Secara biologis gangguan jiwa disebabkan karena gangguan fungsi komunikasi sel-sel saraf di otak, dapat berupa kekurangan maupun kelebihan neurotransmitter atau substansi tertentu. Pada sebagian kasus gangguan jiwa terdapat kerusakan organik yang nyata pada struktur otak misalnya pada demensia. Pada kebanyakan kasus malah faktor perkembangan psikologis dan sosial memegang peranan yang lebih krusial. Misalnya, mereka yang gemar melakukan tindak kriminal dan membunuh ternyata setelah diselidiki disebabkan karena masa perkembangan mereka sejak kecil sudah dihiasi kekerasan dalam rumah tangga yang ditunjukkan oleh bapaknya yang berprofesi dalam militer.

Jadi penyakit gangguan jiwa merupakan penyakit medis yang kompleks, meliputi segi fisik, pola hidup dan juga riwayat perkembangan psikologis atau kejiwaan seseorang. Oleh karena itu penanganan penderita gangguan jiwa bersifat holistic atau menyeluruh, tidak sekedar minum obat saja, tetapi meliputi terapi psikologis, terapi perilaku dan terapi kognitif / konsep berpikir yang melibatkan berbagai pihak. Selama ini masyarakat beranggapan bahwa penanganan penderita gangguan jiwa adalah tanggung jawab pihak Rumah Sakit jiwa saja, padahal faktor yang memegang peranan penting dalam hal perawatan penderita adalah keluarga serta masyarakat di sekitar penderita gangguan jiwa tersebut.

Stigma yang diciptakan oleh masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa secara tidak langsung menyebabkan keluarga atau masyarakat disekitar penderita gangguan jiwa enggan untuk memberikan penanganan yang tepat terhadap keluarga atau tetangga mereka yang mengalami gangguan jiwa. Sehingga tidak jarang mengakibatkan penderita gangguan jiwa yang tidak tertangani ini melakukan perilaku kekerasan atau tindakan tidak terkontrol yang meresahkan keluarga, masyarakat serta lingkungan.

Masyarakat juga mempunyai peran penting dalam penanganan penderita gangguan jiwa, yang paling penting harus dipahami masyarakat adalah penderita gangguan jiwa merupakan manusia biasa seperti halnya penderita penyakit lain adalah manusia biasa yang menghadapi masalah kesehatan dan memerlukan bantuan. Sikap yang tidak mau peduli, takut, anggapan yang keliru, memandang rendah dan penolakan pada penderita gangguan jiwa merupakan masalah rumit yang dilabelkan masyarakat pada penderita gangguan jiwa inilah yang harus diubah oleh masyarakat. Perasaan masyarakat bahwa penderita gangguan jiwa adalah sesuatu yang mengancam juga harus diluruskan. Tak bisa dipungkiri, sikap dan penerimaan dari masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyembuhan penderita gangguan jiwa.

Tak jarang penderita yang mengalami gangguan kejiwaan sering keluar masuk rumah sakit karena mengalami kekambuhan. Faktor yang memicu sebagai pencetus kekambuhan bermacam-macam mulai dari faktor lingkungan, keluarga, timbulnya penyakit fisik yang diderita, maupun faktor dari dalam individu sendiri tersebut. Keluarga dan lingkungan memiliki andil besar dalam mencegah kekambuhan penderita gangguan kejiwaan. Oleh karena itu, pemahaman keluarga dan lingkungannya mengenai kondisi penderita serta kesediaan keluarga dan lingkungan menerima penderita apa adanya dan memperlakukan penderita secara manusiawi merupakan salah satu bentuk pengobatan yang dapat mencegah kekambuhan penderita.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui oleh keluarga mengenai penyakit gangguan jiwa sehingga dapat merawat dan mencegah kekambuhan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pada dasarnya pengobatan penderita gangguan jiwa dalam fase krisis atau akut dimana keadaannya membahayakan dirinya sendiri atau orang lain diperlukan rawat inap di RS untuk diberi obat sesuai dengan gejala yang muncul. Bagi penderita yang sudah tahap pemulihan atau pemeliharaan kesehatan, maka dilakukan rawat jalan dengan memberi obat-obatan untuk menghilangkan atau mencegah munculnya gejala-gejala. Pada fase ini peran serta keluarga dan lingkungan sangat besar, sehingga resiko kekambuhan dapat dihindari. Perlu disadari bahwa pengobatan pada penderita gangguan jiwa tidak cukup dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan bahkan tahunan. Oleh sebab itu, maka keluarga dan masyarakat diharapkan sabar dalam merawat penderita di rumah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat dalam merawat penderita schizofrenia di rumah antara lain memberikan kegiatan atau kesibukan dengan membuatkan jadwal kegiatan sehari-hari; selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam melakukan suatu kegiatan; mengajak ikut aktif dalam kegiatan masyarakat, misal kerja bakti, pengajian; berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan sosial yang mampu dilakukan pasien, mengontrol kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan dosis yang ditentukan dokter. Jika pasien malas minum obat, anjurkan minum obat secara halus/empati, hindari paksaan yang dapat menimbulkan trauma bagi pasien, kontrol suasana lingkungan atau pembicaraan yang dapat memancing kemarahan, mengenali tanda-tanda kekambuhan, misalnya bicara sendiri, tertawa sendiri, mulai marah-marah, bicara kacau, sulit makan, sulit tidur, murung dan segera kontrol ke dokter / rumah sakit jika muncul perubahan perilaku dan atau obat habis.

Selain pentingnya peran keluarga dan masyarakat, tidak dapat dipungkiri juga peran dari pemerintah dalam hal ini lembaga terkait seperti Pemerintah Daerah, dinas – dinas terkait, Puskesmas, Rumah Sakit dan lembaga swadaya masyarakat juga sangat diperlukan untuk penanganan penderita gangguan jiwa, program – program penanganan penderita gangguan jiwa perlu dimaksimalkan dan sarana prasarana perawatan kesehatan jiwa perlu dilengkapi sehingga masalah gangguan jiwa dapat diminimalkan. Yang paling penting adalah bagaimana upaya pemerintah bersama masyarakat dapat menghapus stigma terhadap penderita gangguan jiwa dengan program – program atau sosialisasi yang dapat meluruskan stigma negatif yang selama ini diberikan kepada penderita gangguan jiwa.

Jika semua pihak menyadari bahwa masalah penderita gangguan jiwa adalah masalah bersama, maka diharapkan penderita gangguan jiwa dapat tertangani dengan tepat sehingga kita tidak lagi mendengar berita – berita tentang perbuatan di luar kontrol yang dilakukan penderita gangguan jiwa seperti pembunuhan, pembakaran dan lain-lain. Penderita gangguan jiwa adalah sama dengan penderita penyakit lainnya, mereka adalah orang yang perlu dibantu masalah kesehatannya. Hentikan stigma negatif pada penderita gangguan jiwa!





Referensi

http://www.pontianakpost.com/?mib=berita.detail&id=24662
http://ssbanqs.multiply.com/journal/item/121/Jenis_Gangguan_Jiwa
http://bataviase.co.id/detailberita-10428296.html

Selasa, 13 April 2010

Fenomena Bunuh Diri

Bunuh diri merujuk kepada perbuatan memusnahkan diri karena enggan berhadapan dengan sesuatu perkara yang dianggap tidak dapat ditangani. Menurut Keliat (1994) bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan dan merupakan keadaan darurat psikiatri karena individu berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Lebih lanjut menurut Keliat, bunuh diri merupakan tindakan merusak integrasi diri atau mengakhiri kehidupan, di mana keadaan ini didahului oleh respon maladaptif dan kemungkinan keputusan terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Bunuh diri adalah pengambilan tindakan untuk melukai diri sendiri yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang. Orang yang melakukan tindakan bunuh diri mempunyai pikiran dan perilaku yang merupakan perwakilan (representing) dari kesungguhan untuk mati dan juga merupakan manifestasi kebingungan (ambivalence) pikiran tentang kematian (Hoeksema, 2001).
Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal istilah harakiri) adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan.
Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya.
Betapapun kebudayaan dan pola pikir manusia, memberikan berbagai alasan dan definisi maksud yang berbeda-beda tentang bunuh diri ini. Namun, tetap saja pada intinya adalah "keputus-asaan".
Sebab orang yang tidak berputus asa dan bersedia tetap menjalani kehidupan seberat dan seburuk apapun, maka ia tidak akan pernah melakukan kegiatan bunuh diri ini. Sebab ia sadar, bahwa hidup ini memang penuh cobaan-cobaan berat dan pahit, jadi bunuh diri baginya hanyalah tindakan sia-sia dan pengecut. Sebab masih banyak hal-hal yang bisa dilakukan dalam hidup ini, dan segala sesuatu pastilah ada batasnya. Sebab betapapun beratnya persoalan, tetap saja ia memiliki batas akhir (penyelesaian), walaupun permasalahan itu harus selesai oleh waktu, tapi ia selesai juga.
Dalam pandangan islam hal ini adalah perbuatan yang sangat keji, dan termasuk dosa yang sangat besar. Dimana, kegiatan bunuh diri ini adalah kegiatan manusia-manusia pengecut/pecundang hidup (looser), sebab kekalahan memang sudah mutlak menjadi milik mereka jika mereka membunuh dirinya sendiri.
Bunuh diri adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan nyawa sendiri.
Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang sangat berdosa karena selain ia telah mendahului takdir Tuhan, pelaku bunuh diri juga sebagai tanda bahwa ia adalah orang yang putus asa.
Lalu apa sich yang melatar belakangi orang untuk menghilangkan nyawanya sendiri?
Di Jepang, orang kebanyakan melakukan bunuh diri untuk memperlihatkan kesetiaanya ataupun sebagai cara untuk mempertahankan harga dirinya. Banyak kita mendengar pejabat, bahkan ada menteri yang melakukan bunuh diri bila ia merasa telah gagal dalam melaksanakan tugasnya.
Di Swedia pelaku bunuh diri biasanya di latarbelakangi oleh penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Usia pelaku bunuh diri di negara tersebut rata-rata berkisar antara 16 – 34 tahun.
Sedangkan di Indonesia, pelaku bunuh diri biasanya di latar belakangi oleh kesulitan ekonomi, masalah percintaan dan sisanya disebabkan oleh masalah-masalah yang terbilang cukup sepele.
Contoh-contoh kasus bunuh diri di negeri ini, baik yang berhasil ataupun yang dapat di tolong seperti kejadian yang ada di sebuah daerah di Jawa tengah, dimana pelakunya adalah seorang Calon Bupati yang telah gagal dalam Pilkada.
Satu lagi, seorang siswi Sekolah Menengah Umum di Tangerang bunuh diri karena tidak di belikan Telepon Selular oleh orangtuanya. Lalu di Bogor ada seorang pemuda yang bunuh diri karena malu di ejektemen-temennya karena belum membeli kaset lagu dari sebuah grup Band papan atas.
Seharusnya kita semua ingat, bahwa semua yang hidup pasti akan mengalami kematian, jadi tanpa bunuh diripun setiap orang pasti akan mati. Betul nggak?? Tetapi bila anda ada yang berniat untuk bunuh diri juga, pastikan itu sukses agar tidak membuat orang sekitar terlebih keluarga anda repot. Karena bila anda gagal, anda akan masuk rumah sakit. Dan biaya Rumah Sakit itu mahal. Hahaha….
Motif bunuh diri
Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif.
Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan :
1.Dilanda keputusasaan dan depresi
2.Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3.Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
4.Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5.Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu
1.egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi),
2.altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan
3.anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).
Pandangan Islam
Ayat Al-Qur'an tentang larangan bunuh diri
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29)
Hadits-Hadits tentang larangan bunuh diri
Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : “Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.”
Ada beberapa hal yang mungkin bias dijadikan harapan untuk bias mencegah terjadinya hal-hal seperti bunuh diri Antara lain seperti dibawah ini:
1.Bahwa bila alasanya karena kesulitan ekonomi hendaknya di cari titik permasalahanya dulu, mungkin kurang hemat atau kurang penghasilan yang akhirnya tidak tercukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini bisa diatasi dengan banyak cara, mungkin dengan banyak berdiskusi dengan teman-teman atau tetangga yang lebih tercukupi, Tanya apa saja yang di jalankan usahaya oleh tetangga atau teman mungkin akan memberi masukan yang berarti untuk ikut buka usaha.
2.Bisa juga pergi ke toko buku, Banyak buku-buku praktis yang membahas tentang buka usaha dalam berbagai jenis dan macam usaha. Baik usaha yang tanpa modal ataupun usaha dengan modal seadanya. Pasti bias memberikan inspirasi baru untuk terus berusah dan menjauhkan pemikiran dari keputusasaan.
3.Berkunjung atau berkenalan dengan para motivator terkenal, orang-orang seperti mereka bias memberi masukan yang berarti dan biasanya sangat menggugah pemikiran, motivasi,semangat hidup. Di jamin 100 % bila membaca tulisan motivasi-motivasi dari mereka , atau bahkan bias bertemu muka atau bias juga lewat telepon akan sangat membantu, Saya yakin motivasi yang mungkin tadinya diambang titik 0 akan naik menjadi 100 % lagi sehingga kemauan keras untuk tetap berusaha menjadi kuat kembali.
4.Bacalah buku-buku kiat sukses orang-orang sukses, Banyak manfaat dan ilmu yang bisa dipelajari dari mereka untuk bisa dijadikan acuan untuk memotivasi diri sendiri dan mencoba membuat jalan hidup sendiri yang positif (constructive), membuat jalan yang belum dibuat orang lain yang kadang bisa lebih mudah disbanding mengikuti jalan orang lain. Karena membuat jalan sendiri kadang sudah ada di dalam pemikiran pribadi seseorang sejak lama sehingga semuanya tampak jelas untuk dikerjakan.
5.Bila semua pemikiran tampak gelap cobalah keluar rumah, jalankan hobi-hobi lama, walaupun sekedar memancing, jalan-jalan di hutan yang hijau dan rindang ataupun berenang di pantai atau bermeditasi sesuai selera masing-masing orang. Saya yakin setiap orang mempunyai kiat dan cara masing-masing mengatasi kejenuhan dalam hidup dan keseharian yang mungkin membuat orang lelah dan bosan. Sehingga pemikiran-pemikiran baru, motivasi-motivasi hidup baru akan dengan sendirinya lahir di pelupuk mata, hadir tiba-tiba menjadi hikmah untuk memotivasi diri sendiri untuk bisa bangkit, sukses seperti orang lain.
6.Dengan membaca atau menonton film-film barat baik ditelevisi maupun di layer lebar akan membangun inspirasi baru, memunculkan ide-ide baru sehingga dunia tampak lebih luas dan tidak sesempit sebelumnya.
7.Bermeditasi barang 30 menit setiap hari, diruangan kusus atau dialam terbuka yang tidak banyak gangguan bisa mengatasi kepenatan pikiran dari berbagai problema yang ada. Bermeditasi biasanya dilakukan para biksu yang mengajarkan kedamaian di hati. Keselarasan dalam dihidup dan kedamaian, para ahli yoga membuktikanya dan mengajarkanya kepada murid-muridnya. Mengapa tidak kita coba!
8.Silaturahmi dengan orang-orang yang lebih tua dan matang pemikiranya atau bisa dijadikan contoh dan suri tauladan , mungkin bisa mendatangkan inspirasi,pengetahuan hidup yang berarti tanpa harus menjalani proses pembelajaran yang mungkin berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh para pendahulu atau yang telah tua sekarang.
9.Berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa menjadi suatu keharusan. Kadang segala sesuatu yang kita lakukan semaksimal mungkin belum cukup bila tidak disertai do’a, Usaha harus disertai Doa. Ada campur tangan Yang Kuasa pada kita semua. Semoga berhasil!.

referensi
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1810009-fenomena-bunuh-diri-dan-pencegahanya/
http://rizkysatrio.wordpress.com/2008/08/22/apa-penyebab-bunuh-diri/
http://www.indonesiaindonesia.com/f/58113-fenomena-bunuh/